LAPORAN PENDAHULUAN
STROKE NON HEMORAGIK
Pengertian
Stroke atau cedera cerebrovaskuler
adalah gangguan neurologik mendadak yang terjadi akibat pembatasan atau
terhentinya aliran darah melalui system suplai arteri otak (Sylvia A Price,
2006, hlm. 1110)
Stroke non hemoregik adalah sindroma
klinis yang awalnya timbul mendadak, progresi cepat berupa deficit neurologis
fokal atau global yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsung menimbul
kematian yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non straumatik
(Arif Mansjoer, 2000, hlm. 17)
Stroke non hemoragik merupakan proses
terjadinya iskemia akibat emboli dan trombosis serebral biasanya terjadi
setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari dan tidak
terjadi perdarahan. Namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan
selanjutnya dapat timbul edema sekunder. (Arif Muttaqin, 2008, hlm. 130)
Etiologi
Menurut Arif Muttaqin (2008, hlm. 128)
penyebab Stroke non hemoragik diakibatkan oleh:
a. Trombosis yang terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga
menyebabkan iskemia jaringan otak yang dapat menimbulkanoedema dan kongesti
disekitarnya.Beberapa keadaan dibawah ini dapat menyebabkan trombosis otak:
Ateroskelosis, hiperkoagulasi pada polisetimia, arthritis dan emboli.
b. Embolisme Serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan
darah, lemak, dan udara.Menurut Arif Muttaqin (2008, hlm. 129)
faktor – faktor resiko stroke non
hemoragik adalah: Hipertensi, Diabetes Mellitus, merokok, minum alkohol, strees
dan gaya hidup yang salah, Kontrasepsi oral (khususnya dengan disertai
hipertensi, merokok, dan kadar estrogen tinggi), Kolesterol tinggi,
Penyalahgunaan obat (kokain), makanan lemak dan faktor usia.
Manifestasi Klinis
Menurut Suzzane C. Smelzzer, dkk, (2001,
hlm. 2133-2134) menjelaskan ada enam tanda dan gejala dari stroke non hemoragik
yang mana tergantung pada lokasi lesi (pembuluh darah mana yang tersumbat),
ukuran area yang perfusinya tidak adekuat dan jumlah aliran darah kolateral.
Adapun gejala Stroke non hemoragik adalah:
a. Kehilangan motorik: stroke adalah penyakit neuron atas dan mengakibatkan
kehilangan kontrol volunter. Gangguan kontrol volunter pada salah satu sisi
tubuh dapat menunjukan kerusakan pada neuron atas pada sisi yang belawanan dari
otak. Disfungsi neuron paling umum adalah hemiplegi (paralisis pada salah satu
sisi tubuh) karena lesi pada sisi otak yang berlawanan dan hemiparises
(kelemahan salah satu sisi tubuh)
b. Kehilangan komunikasi: fungsi otak lain yang yang dipengaruhi oleh stroke
adalah bahasa dan komunikasi. Stroke adalah penyebab afasia paling umum.
Disfungsi bahasa dan komunikasi dapat dimanifestasikan oleh hal berikut:
1) Disatria (kesulitan berbicara), ditunjukan dengan bicara yang sulit
dimengerti yang disebabkan oleh paralisis otot yang bertanggung jawab
menghasilkan bicara.
2) Disfasia atau afasia (kehilangan bicara), yang terutama ekspresif atau
reseptif.
3) Apraksia, ketidakmampuan untuk melakukan tindakan yang dipelajari
sebelumnya.
c. Defisit lapang pandang, sisi visual yang terkena berkaitan dengan sisi
tubuh yang paralisis yaitu kesulitan menilai jarak, tidak menyadari orang atau
objek ditempat kehilangan penglihatan
d. Defisit sensori, terjadi pada sisi berlawanan dari lesi yaitu kehilangan
kemampuan untuk merasakan posisi dan gerakan bagian tubuh.
e. Kerusakan fungsi kognitif dan efek psikologik, bila kerusakan pada lobus
frontal, mempelajari kapasitas, memori atau fungsi intelektual mungkin
terganggu. Disfungsi ini dapat ditunjukan dalam lapang perhatian terbatas,
kesulitan dalam pemahaman, lupa dan kurang motivasi.
f. Disfungsi kandung kemih, setelah stroke pasien mungkin mengalami
inkontenensia urinarius karena kerusakan kontrol motorik.
Klasifikasi stroke non hemoragik
Menurut Tarwoto, dkk (2007, hlm. 69)
Stroke non hemoragik dapat diklasifikasikan berdasarkan perjalanan penyakitnya,
yaitu:
a. TIA (Trans Ischemic Attack)
Yaitu gangguan neurologist sesaat,
beberapa menit atau beberapa jam saja dan gejala akan hilang sempurna dalam
waktu kurang dari 24 jam.
b. Rind (Reversible Ischemic Neurologis Defisit)
Gangguan neurologist setempat yang akan
hilang secara sempurna dalam waktu 1 minggu dan maksimal 3 minggu.
c. Stroke in Volution (progresif)
Perkembangan stroke terjadi perlahan –
lahan sampai akut, munculnya gejala makin memburuk, proses progresif berjalan
dalam beberapa jam atau beberapa hari.
d. Stroke Komplit
Gangguan neurologist
yang timbul bersifat menetap atau permanent, dari sejak awal serangan dan
sedikit tidak ada perbaikan.
Patofisiologi
Stroke adalah penyakit gangguan
peredaran darah ke otak, disebabkan oleh karena penyumbatan yang dapat
mengakibatkan terputusnya aliran darah ke otak sehingga menghentikan suplay
oksigen, glukosa dan nutrisi lainya kedalam sel otak yang mengalami serangan
pada gejala – gejala yang dapat pulih, seperti kehilangan kesadaran, jika
kekurangan oksigen berlanjut lebih dari beberapa menit dapat meyebabkan
nekrosis mikroskopis neuron – neuron, area nekrotik disebut infak.(Arif
Muttaqin, 2008, hlm. 131)
Mekanisme iskemik (non-hemoragik)
terjadi karena adanya oklusi atau sumbatan di Pembuluh darah yang menyebabkan
aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti. Keadaan
tersebut menyebabkan terjadinya stroke, yang disebut stroke iskemik.
Stroke iskemik
Stroke iskemik terjadi karena
tersumbatnya pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau
keseluruhan terhenti. 80% stroke adalah stroke Iskemik. Penyumbatan dapat
terjadi karena penumpukan timbunan lemak yang mengandung koleserol (plak) dalam
pembuluh darah besar (ateri karotis) atau pembuluh darah sedang (arteri
serebri) atau pembuluh darah kecil.
Plak menyebabkan dinding dalam arteri
menebal dan kasar sehingga aliran darah tidak lancar, mirip aliran air yang
terhalang oleh batu. Darah yang kental akan tertahan dan menggumpal
(trombosis), sehingga alirannya menjadi semakin lambat. Akibatnya otak akan
mengalami kekurangan pasokan oksigen. Jika kelambatan pasokan ini berlarut,
sel-sel jaringan otak akan mati. Tidak heran ketika bangun tidur, korban stroke
akan merasa sebelah badannya kesemutan. Jika berlajut akan menyebabkan
kelumpuhan.
Penyumbatan aliran darah biasanya
diawali dari luka kecil dalam pembuluh darah yang disebabkan oleh situasi
tekanan darah tinggi, merokok atau arena konsumsi makanan tinggi kolesterol dan
lemak. Seringkali daerah yang terluka kemudian tertutup oleh endapan yang kaya
kolesterol (plak). Gumpalan plak inilah yang menyumbat dan mempersempit jalanya
aliran darah yang berfungsi mengantar pasokan oksigen dan nutrisi yang
diperlukan otak. Stroke iskemik ini dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :
1. Stroke Trombotik
Pada stroke trombotik didapati oklusi
ditempat arteri serebral yang bertrombus. Trombosis merupakan bekuan darah di
dalam pembuluh darah otak atau leher dan penyebab stroke yang paling sering.
Arteriosclerosis serebral dan perlambatan sirkulasi serebral adalah penyebab utama
trombosis serebral. Tanda-tanda trombosis serebral bervariasi, sakit kepala
adalah awitan yang tidak umum. Beberapa pasien mengalami pusing, perubahan
kognitif atau kejang dan beberapa awitan umum lainnya. Secara umum trombosis
serebral tidak terjadi secara tiba-tiba, dan kehilangan bicara sementara,
hemiplegia atau parestesia pada setengah tubuh dapat mendahului awitan
paralysis berat pada beberapa jam atau hari. Proses aterosklerosis ditandai
oleh plak berlemak pada pada lapisan intima arteria besar. Bagian intima
arteria sereberal menjadi tipis dan berserabut, sedangkan sel-sel ototnya
menghilang. Lamina elastika interna robek dan berjumbai, sehingga lumen
pembuluh sebagian terisi oleh materi sklerotik tersebut. Plak cenderung
terbentuk pada percabangan atau tempat-tempat yang melengkung. Trombi juga
dikaitkan dengan tempat-tempat khusus tersebut. Pembuluh-pembuluh darah yang
mempunyai resiko dalam urutan yang makin jarang adalah sebagai berikut :
arteria karotis interna, vertebralis bagian atas dan basilaris bawah. Hilangnya
intima akan membuat jaringan ikat terpapar. Trombosit menempel pada permukaan
yang terbuka sehingga permukaan dinding pembuluh darah menjadi kasar. Trombosit
akan melepasakan enzim, adenosin difosfat yang mengawali mekanisme koagulasi.
Sumbatan fibrinotrombosit dapat terlepas dan membentuk emboli, atau dapat tetap
tinggal di tempat dan akhirnya seluruh arteria itu akan tersumbat dengan
sempurna.
2. Stroke Embolik
Tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan
darah. Penderita embolisme biasanya lebih muda dibanding dengan penderita
trombosis. Kebanyakan emboli serebral berasal dari suatu trombus dalam jantung,
sehingga masalah yang dihadapi sebenarnya adalah perwujudan dari penyakit
jantung. Setiap bagian otak dapat mengalami embolisme, tetapi embolus biasanya
akan menyumbat bagian-bagian yang sempit. Tempat yang paling sering terserang
embolus sereberal adalah arteria serebral media, terutama bagian atas.
Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan diagnostic
Pemeriksaan diagnostik menurut Arif
Muttaqin (2008, hlm. 139) yaitu:
1) CT Scan (Computer Tomografi Scan)
Pembidaian ini memperlihatkan secara
spesifik letak edema, posisi hematoma adanya jaringan otak yang infark atau
iskemia, dan posisinya secara pasti. Hasil pemerikasaan biasanya didapatkan
hiperdens fokal, kadang pemadatan terlihat di ventrikel atau menyebar ke
permukaan otak.
2) Angiografi serebral
Membantu menentukan penyebab stroke
secara spesifik seperti perdarahan atau obstruksi arteri adanya titik okulasi
atau raftur.
3) Pungsi Lumbal
Menunjukan adanya tekanan normal,
tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukan adanya
perdarahan.
4) Magnatik Resonan Imaging (MRI):
Menunjukan daerah yang mengalami infark,
hemoragik.
5) Ultrasonografi Dopler :
Mengidentifikasi penyakit arteriovena.
6) Sinar X Tengkorak:
Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng
pineal.
7) Elektro Encephalografi (EEG)
Mengidentifikasi masalah didasarkan pada
gelombang otak dan mungkin memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
b. Pemeriksaan
Laboratorium
1) Lumbal pungsi, pemeriksaan likuor merah biasanya di jumpai pada perdarahan
yang masif, sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna likuor masih normal
sewaktu hari – hari pertama.
2) Pemeriksaan kimia darah, pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia. Gula
darah dapat mencapai 250 mg didalam serum.
Komplikasi
Komplikasi stroke meliputi hipoksia
serebral, penurunan aliran darah serebral dan luasnya area cidera (Suzzane C.
Smelzzer, dkk, 2001, hlm. 2137)
a. Hipoksia serebral
Otak bergantung pada ketersedian oksigen
yang dikirimkan ke jaringan.
b. Penurunan darah serebral
Aliran darah serebral bergantung pada
tekanan darah, curah jantung, dan integritas pembuluh darah serebral.
c. Luasnya area cidera
Embolisme serebral dapat terjadi setelah
infark miokard atau fibralsi atrium atau dapat berasal dari katup jantung
prostetik. Embolisme akan menurunkan aliran darah ke otak dan selanjutnya
menurunkan menurunkan aliran darah serebral. Distritmia dapat mengakibatkan
curah jantung tidak konsisten dan penghentian thrombus lokal.
Penatalaksanaan
Tindakan medis terhadap pasien stroke
meliputi:
a. Pengobatan Konservatif
Menurut Suzzane C. Smelzzer, dkk. (2001,
hlm. 2137) pengobatan konservatif meliputi:
1) Diuretika: Untuk menurunkan edema serebral, yang mencapai tingkat maksimum 3 sampai 5 hari setelah infark serebral.
1) Diuretika: Untuk menurunkan edema serebral, yang mencapai tingkat maksimum 3 sampai 5 hari setelah infark serebral.
2) Anti koagulan: Mencegah memberatnya
trombosis dan embolisasi dari tempat lain dalam kardiovaskuler.
3) Anti trombosit: dapat diresepkan
karena trombosit memainkan peran sangat penting dalam pembentukan thrombus dan
embolisasi.
b. Pengobatan pembedahan
Menurut Arif Muttaqin, (2008, hlm. 142)
tujuan utama adalah memperbaiki aliran darah serebral
1) Endosteroktomi karotis (lihat pada gambar 2.7)membentuk kembali arteri
karotis, yaitu dengan membuka arteri karotis di leher.
2) Revaskularisasi terutama merupakan tindakan pembedahan dan manfaatnya
paling dirasakan oleh klien TIA
KONSEP KEPERAWATAN
I. Pengkajian
a. Pengkajian Primer
- Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret akibat
kelemahan reflek batuk
- Breathing
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi
jalan napas, timbulnya pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur, suara
nafas terdengar ronchi /aspirasi
- Circulation
TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut,
takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran
mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut
b. Pengkajian Sekunder
1. Aktivitas dan istirahat
Data Subyektif:
- kesulitan dalam beraktivitas ; kelemahan, kehilangan sensasi atau
paralysis.
- mudah lelah, kesulitan istirahat ( nyeri atau kejang otot )
Data obyektif:
- Perubahan tingkat kesadaran
- Perubahan tonus otot ( flaksid atau spastic), paraliysis (
hemiplegia ) , kelemahan umum.
- gangguan penglihatan
2. Sirkulasi
Data Subyektif:
- Riwayat penyakit jantung ( penyakit katup jantung, disritmia, gagal
jantung , endokarditis bacterial ), polisitemia.
Data obyektif:
- Hipertensi arterial
- Disritmia, perubahan EKG
- Pulsasi : kemungkinan bervariasi
- Denyut karotis, femoral dan arteri iliaka atau aorta abdominal
3. Integritas ego
Data Subyektif:
- Perasaan tidak berdaya, hilang harapan
Data obyektif:
- Emosi yang labil dan marah yang tidak tepat, kesediahan , kegembiraan
- kesulitan berekspresi diri
4. Eliminasi
Data Subyektif:
- Inkontinensia, anuria
- distensi abdomen ( kandung kemih sangat penuh ), tidak adanya suara
usus( ileus paralitik )
5. Makan/ minum
Data Subyektif:
- Nafsu makan hilang
- Nausea / vomitus menandakan adanya PTIK
- Kehilangan sensasi lidah , pipi , tenggorokan, disfagia
- Riwayat DM, Peningkatan lemak dalam darah
Data obyektif:
- Problem dalam mengunyah ( menurunnya reflek palatum dan faring )
- Obesitas ( factor resiko )
6. Sensori neural
Data Subyektif:
- Pusing / syncope ( sebelum CVA / sementara selama TIA )
- nyeri kepala : pada perdarahan intra serebral atau perdarahan sub
arachnoid.
- Kelemahan, kesemutan/kebas, sisi yang terkena terlihat seperti lumpuh/mati
- Penglihatan berkurang
- Sentuhan : kehilangan sensor pada sisi kolateral pada ekstremitas dan
pada muka ipsilateral ( sisi yang sama )
- Gangguan rasa pengecapan dan penciuman
Data obyektif:
- Status mental ; koma biasanya menandai stadium perdarahan , gangguan
tingkah laku (seperti: letergi, apatis, menyerang) dan gangguan fungsi kognitif
- Ekstremitas : kelemahan / paraliysis ( kontralateral pada semua jenis
stroke, genggaman tangan tidak imbang, berkurangnya reflek tendon dalam (
kontralateral )
- Wajah: paralisis / parese ( ipsilateral )
- Afasia ( kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan
ekspresif/ kesulitan berkata kata, reseptif / kesulitan berkata kata
komprehensif, global / kombinasi dari keduanya.
- Kehilangan kemampuan mengenal atau melihat, pendengaran, stimuli taktil
- Apraksia : kehilangan kemampuan menggunakan motorik
- Reaksi dan ukuran pupil : tidak sama dilatasi dan tak bereaksi pada sisi
ipsi lateral
7. Nyeri / kenyamanan
Data Subyektif: Sakit
kepala yang bervariasi intensitasnya
Data obyektif: Tingkah
laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan otot / fasial
8. Respirasi
Data Subyektif: Perokok
( factor resiko )
9.Keamanan
Data obyektif:
- Motorik/sensorik : masalah dengan penglihatan
- Perubahan persepsi terhadap tubuh, kesulitan untuk melihat objek, hilang
kewasadaan terhadap bagian tubuh yang sakit
- Tidak mampu mengenali objek, warna, kata, dan wajah yang pernah dikenali
- Gangguan berespon terhadap panas, dan dingin/gangguan regulasi suhu tubuh
- Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap keamanan, berkurang
kesadaran diri
10. Interaksi social
Data obyektif: Problem
berbicara, ketidakmampuan berkomunikasi.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Perubahan perfusi jaringan serebral b.d terputusnya aliran darah: penyakit
oklusi, perdarahan, spasme pembuluh darah serebral, edema serebral.
b. Kerusakan mobilitas fisik b.d keterlibatan neuromuskuler, kelemahan,
parestesia, flaksid / paralysis hipotonik, paralysis spastis. Kerusakan
perceptual / kognitif.
c. Kerusakan komunikasi verbal dan atau tertulis b.d kerusakan sirkulasi
serebral, kerusakan neuromuscular, kehilangan tonus / kontrol otot fasial /
oral, kelemahan/kelelahan umum.
d. Kurang perawatan diri b.d kerusakan neuromuscular, penurunan kekuatan dan
ketahanan, kehilangan control/koordinasi otot.
e. Kurang pengetahuan, mengenai kondisi dan pengobatan b.d kurang pemajanan,
keterbatasan kognitif, kesalahan interpestasi informasi.
f. Pola nafas tak efektif berhubungan dengan adanya depresan pusat pernapasan
3. Rencana Keperawatan
a. Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan gangguan oklusif,
edema serebral.
Tujuan :
Tujuan :
ü Mempertahankan tingkat kesadaran biasanya/membaik, fungsi kognitif dan
motorik/sensori.
ü Mendemontrasikan tanda-tanda vital stabil dan tidak adanya tanda-tanda
peningkatan Tekana Intra Kranial.
ü Menunjukan tidak ada kelanjutan deteriorasi/kekambuhan kembali.
Perencanaan tindakan :
1) Pantau/catat status neurologis sesering mungkin dan bandingkan dengan
keadaan normalnya.
2) Tentukan faktor-faktor yang berhubungan dengan keadaan/penyebab khusus
selama koma/penurunan perfusi jaringan serebral dan potensial terjadinya
peningkatan Tekanan Intra Kranial.
3) Pantau tanda-tanda vital seperti adanya hipertensi/hipotensi, bandingkan
tekanan darah yang terbaca pada kedua lengan.
4) Catat frekuensi dan irama dari pernapasan, auskultasi adanya murmur.
5) Catat perubahan dalam penglihatan, seperti adanya kebutuhan, gangguan
lapang pandang atau kedalam persepsi.
6) Letakan kepala dengan posisi agak ditinggikan dan dalam posisi anatomis.
7) Pertahankan keadaan tirah baring, ciptakan lingkungan yang tenang, batasi
pengunjung/aktivitas pasien sesuai dengan indikasi. Berikan istirahat secara
periodik antara aktivitas perawatan, batasi lamanya setiap prosedur.
8) Kaji fungsi-fungsi yang lebih tinggi, seperti fungsi bicara.
9) Cegah terjadinya mengejan saat defikasi dan pernapasan yang memaksa (batuk
terus-menerus).
10) Pantau pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi, seperti masa protrombin,
kadar dilatin.
b. Kerusakan mobilitas
fisik b.d keterlibatan neuromuskuler, kelemahan, parestesia, flaksid/paralysis
hipotonik, paralysis spastis. Kerusakan perceptual/kognitif.
Tujuan :
Tujuan :
ü Mempertahankan posisi optimal dari fungsi yang dibuktikan oleh tidak adanya
kontraktur, foot drop.
ü Mempertahankan/meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang terkena
atau kompensasi.
ü Mendemontrasikan tehnik/prilaku yang memungkinkan melakukan aktivitas, dan
mempertahankan integritas kulit.
Perencanaan tindakan:
1) Kaji kemampuan secara fungsionalnya/luasnya kerusakan awal dan dengan cara
teratur.
2) Ubah posisi minimal setiap 2 jam (telentang, miring) dan sebagainya dan
jika memungkinkan bisa lebih sering jika diletakan dalam posisi bagian yang
terganggu.
3) Mulailah melakukan latihan rentang gerak aktif dan pasif pada semua
ekstremitas saat masuk. Anjurkan lakukan latihan seperti latihan
kuadrisep/gluteal, meremas bola karet, melakukan jari-jari dan kaki/telapak.
4) Tinggikan tangan dan kepala.
5) Observasi daerah yang tertekan termasuk warna, edema, atau tanda lain dari
gangguan sirkulasi.
6) Inspeksi kulit terutama pada daerah-daerah yang menonjol secara teratur.
Lakukan massage secara hati-hati pada daerah kemerahan dan beriakan alat bantu
seperti bantalan lunak kulit sesuai dengan kebutuhan.
7) Anjurkan pasien untuk membantu pergerakan dan latihan dengan mengguanakan
ekstremitas yang tidak sakit untuk menyokong/menggerakan daerah tubuh yang
mengalami kelemahan.
8) Konsultasikan dengan ahli fisiotrapi secara aktif, latihan resestif, dan
ambulasi pasien.
b. Kerusakan komunikasi verbal dan atau tertulis b.d kerusakan sirkulasi
serebral, kerusakan neuromuscular, kehilangan tonus/kontrol otot fasial/oral,
kelemahan/kelelahan umum.
Tujuan :
ü Mengindikasikan pemahaman tentang masalah komunikasi.
ü Membuat metode komunikasi dimana kebutuhan dapat diekspresikan.
ü Menggunakan sumber-sumber dengan tepat
Perencanaan tindakan :
1) Kaji tipe atau derajat disfungsi seperti pasien tidak tampak memahami kata
atau mengalami kesulitan berbicara atau membuat pengertian sendiri.
2) Perhatikan kesalahan dalam komunikasi dan memberikan umpan balik.
3) Tunjukan objek dan minta pasien untuk menyebutkan nama benda tersebut.
4) Mintalah pasien untuk mengucapkan suara sederhana seperti SH atau pus.
5) Minta pasien untuk menulis nama atau kalimat yang pendek. Jika tidak dapat
menulis mintalah pasien untuk membaca kalimat yang pendek.
6) Antisipasi dan penuhi kebutuhan pasien.
7) Konsultasikan dengan/rujuk kepada ahli terapi wicara.
c. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan neuromuskular, penurunan
kekuatan dan ketahanan.
Tujuan :
ü Mendemonstrasikan tekhnik/perubahan gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan
perawatan diri.
ü Melakukan aktivitas perawatan diri dalam tingkat kemampuan sendiri.
Perencanaan tindakan:
1) Kaji kemampun dari tingkat kekurangan untuk melakukan kebutuhan sehari –
hari.
2) Hindari melakukan sesuatu untuk pasien yang dilakukan pasien sendiri,
tetapi berikan bantuan sesuai dengan kebutuhan
3) Kaji kemampuan pasien untuk berkomunikasi tentang kebutuhannya untuk
menghindari atau kemampuan untuk menggunakan urinal, bedpen. Bawa pasien ke
kamar mandi dengan teratur interval waktu tertentu untuk berkemih jika
memungkinkan.
4) Konsultasikan dengan ahli fisioterapi/ahli terapi okupasi.
d. Kurang pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan kognitif, kesalahan
interprestasi informasi kurang mengingat.
Tujuan :
ü Berpartisipasi dalam belajar
ü Mengungkapkan pemahaman tentang kondisi/prognosis dan aturan terapeutik.
ü Memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan.
Perencana tindakan:
1) Kaji ulang tingkat pemahaman klien tentang penyakit
2) Diskusikan keadaan patologis yang khusus dan kekuatan pada individu
3) Diskusikan rencana untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri
4) Berikan informasi mengenai penyebab penyakit stroke, penyebab dan
pencegahan, dan makan yang berpengaruh
5) Rujuk atau tegaskan perlu evaluasi dengan tim ahli rehabilitasi, seperti
ahli fisioterapi fisik, terapi okupasi, terapi wicara.
e. Pola nafas tak efektif berhubungan dengan adanya depresan pusat pernapasan
Tujuan : Pola nafas pasien efektif
Tujuan : Pola nafas pasien efektif
Kriteria Hasil:
· RR 18-20 x permenit
· Ekspansi dada normal.
Intervensi :
· Kaji frekuensi, irama, kedalaman pernafasan.
· Auskultasi bunyi nafas.
· Pantau penurunan bunyi nafas.
· Pastikan kepatenan O2 binasal.
· Berikan posisi yang nyaman : semi fowler.
· Berikan instruksi untuk latihan nafas dalam.
· Catat kemajuan yang ada pada klien tentang pernafasan.
DAFTAR PUSTAKA
1) Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan
Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta. EGC.
2) Doenges, Marilynn E., Moorhouse, Mary Frances dan
Geissler, Alice C. 2000. Edisi 3.Rencana Asuhan Keperawatan.
Jakarta.EGC.
3) Mansjoer, arief, dkk. 2001. Kapita Selekta
Kedokteran Edisi ketiga Jilid Pertama.Jakarta. Media Aesculapius Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
4) Price, Sylvia A. 1995.Edisi 4. Patofisiologi :
Konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta. EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar